Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Kenaikan Permukaan Laut Ancam Ekonomi Kota-kota Besar di Pesisir Asia
Medialingkungan.com – Greenpeace Asia Timur mengeluarkan Laporan mengenai kenaikan permukaan laut yang ekstrem dan banjir pesisir di tujuh kota besar di Asia pada 2030. Hal ini dikabarkan berpotensi memberi dampak pada produk domestik bruto (PDB) senilai US$ 724 miliar.
“Dalam dekade ini, kota-kota pesisir di Asia menghadapi risiko tinggi dari kenaikan permukaan laut dan badai yang semakin intensif, yang berdampak pada tempat tinggal, keselamatan, dan mata pencaharian masyarakat,” kata Mikyoung Kim, manajer proyek darurat iklim di Greenpeace Asia Timur, dikutip dari Siaran Pers Greenpeace.
“Disamping menghentikan pembangunan semua proyek bahan bakar fosil yang memerlukan waktu yang lama, pemerintah harus menerapkan peningkatan pengendalian banjir dan peringatan dini. Komitmen iklim saat ini, termasuk target kontribusi yang ditentukan secara nasional (Nationally Determined Contributions), tidak memadai untuk mencegah risiko banjir pesisir yang parah,” tambahnya.
Laporan yang bertajuk “The Projected Economic Impact of Extreme Sea-Level Rise in Seven Asian Cities in 2030” ini memperkirakan pada tahun 2030 sebanyak 15 juta orang di tujuh kota akan tinggal di daerah yang berisiko banjir. Analisis ini termasuk salah satu yang pertama dari analisis sejenis yang menggunakan data resolusi spasial tinggi untuk memprediksi area di setiap kota yang berisiko terkena banjir.
Sejumlah temuan dari laporan Greenpeace Asia Timur diantaranya lebih dari 96% wilayah Bangkok, Thailand dapat terendam banjir bila siklus banjir 10 tahunan terjadi pada tahun 2030, termasuk kawasan pemukiman dan komersial dengan kepadatan tinggi di pusat kota.
Di Indonesia, Kota Jakarta menghadapi ancaman ganda dari kenaikan permukaan laut dan tenggelam. Hampir 17% dari total luas daratan Jakarta berada di bawah tingkat di mana air laut dapat naik jika banjir 10 tahunan terjadi pada tahun 2030, yang membawa potensi risiko terhadap PDB sebesar US$ 68 miliar.
Di Jepang, daerah dataran rendah di timur Tokyo, termasuk Koto 5 Wards (Sumida, Koto, Adachi, Katsushika dan Edogawa), sangat rentan terhadap naiknya permukaan laut. PDB senilai US$ 68 miliar terancam oleh banjir pesisir di Tokyo pada tahun 2030, atau 7% dari total PDB Tokyo.
Di Taipei, Stasiun Utama Taipei, pusat transportasi paling signifikan di Taiwan utara, berisiko terkena banjir, termasuk Distrik Datong yang bersejarah. Diperkirakan 24% dari total PDB Taipei berpotensi berisiko terdampak.
Di Filipina, hampir 87% dari luas daratan Manila berada di bawah permukaan di mana air laut dapat naik, jika banjir 10 tahunan terjadi pada tahun 2030. Ditaksir hingga 1,54 juta orang dan PDB senilai US$ 39 miliar dapat terkena dampaknya.
“Pemerintah harus segera membatalkan semua pembangkit listrik tenaga batu bara baru yang sedang dibangun dan mempercepat peralihan ke energi bersih dan terbarukan. Pada saat yang sama, darurat iklim sudah di depan mata, dan kita perlu memperkuat perencanaan penanggulangan bencana dan tanggapan kita terhadap dampak krisis iklim. Banyak wilayah pesisir dalam ancaman banjir besar, dan kita tidak bisa menunggu,” kata Kim.
Factsheet dalam Bahasa dari Greenpeace Indonesia