Sushi Ancam Kepunahan Ikan Tuna

 Sushi Ancam Kepunahan Ikan Tuna

(Ilustrasi) Beberapa Chef sedang melakukan persiapan hidangan sushi di salah satu restoran jepang (gambar:dok)


Medialingkungan.com – Sesaat terlihat maraknya rumah makan ala jepang yang menyajikan menu sushi, menjadikan masyarakat di luar Jepang tidak perlu lagi berkunjung ke sana untuk merasakan nikmatnya maskan khas tersebut.

Berdasarkan grafik permintaan konsumen, kebanyakan bahan yang digunakan sebagai komposisi utamanyanya adalah ikan tuna sirip biru. Jenis terbesar ikan ini memiliki panjang lebih dari empat meter dengan bobot lebih dari setengah ton.

Data WWF mengindikasikan para peneliti berhasil mencatat peningkatan industri perikanan tuna longline di Indonesia pada tahun 1995, dari 402 kapal yang beroperasi di Samudera Hindia kemudian meningkat menjadi 435 kapal pada tahun 1996, disusul 459 kapal tahun 1997, 460 kapal tahun 1998, 485 kapal tahun 1999, dan 537 kapal tahun 2000.

Tanpa adanya studi perhitungan kapasitas daya dukung usaha perikanan tuna yang layak untuk setiap zona perikanan di Indonesia, maka peningkatan ini menjerumuskan pada situasi overfishing. Ditambah lagi dengan renggangnya kebijakan politik untuk mencegah overfishing.

Tuna sirip biru diambang kepunahan

Ada jenis tertentu dari tuna di Indonesia yang tengah mengalami masa kritis populasi. Masalah ini tak ayal menyedot perhatian semua pihak, tak hanya para penggiat lingkungan dan konsumen, tapi juga pejabat pengambil kebijakan, terutama pengusaha industri longline.

Konsumsi ikan Tuna, terutama ikan Tuna Sirip Biru (Tuna Bluefin) memang sangat populer bagi pencinta sushi. Jumlah ikan tuna muda yang ditangkap terus mengalami kenaikan. Kondisi ini meningkatkan kekhawatiran terhadap punahnya jenis ikan tersebut.

Studi terbaru oleh para ilmuwan perikanan menunjukkan bahwa spesies telah menurun secara signifikan melebihi 80 persen sejak tahun 1970. Meskipun ada upaya perlindungan degradasi spesies ini, namun populasinya terus alami penurunan.

Meskipun spesies ini terancam punah dan menjadi subjek perjanjian seluruh dunia untuk tidak mengambil secara berlebihan, ikan Tuna Sirip Biru masih saja disajikan di restoran sushi di seluruh dunia.

Mayoritas penggemar sushi bahkan bersedia membayar lebih untuk menyantap ikan gemuk ini. Banyak yang tidak mengetahui tentang status Tuna atau tidak percaya berdasarkan temuan ilmuwan yang mengatakan jumlah ikan Tuna Sirip Biru semakin sedikit. Ikan-ikan ini bahkan terancam punah.

Permintaan terhadap ikan ini ‘tidak’ akan menurun. Restoran enggan untuk menghapus spesies ini dari menu atau menaikkan harga untuk mengekang permintaan, yang artinya ikan Tuna Sirip Biru ini akan terus mengalami penangkapan yang berlebihan sampai populasinya menurun drastis.

Setelah populasi yang menurun drastis, moratorium pelarangan penangkapan ikan Tuna Sirip Biru diberlakukan untuk memungkinkan populasinya pulih. Bilapun demikian, pemulihan populasi ini akan memakan waktu puluhan tahun karena kematangan seksual ikan ini memiliki kebutuhan khusus dan bertelur dalam jumlah yang terbatas (dua pertiga tidak berhasil). 

Selain itu, tingkat radioaktif dan merkuri yang ada dalam ikan Tuna Sirip Biru juga dipertimbangkan dalam pembuahan yang maksimal. (MFA)


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *