Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Praktik Fast Fashion Ancam Kelestarian Lingkungan
Medialingkungan.com – Pada minggu, 31 Januari 2021, Geprek Project bersama Semai Kebaikan menyelenggarakan webinar dengan tema “The Dilemma of Fast Fashion for Enviromental Sustainabillity: Will it be The Solution Today?”. Dalam Webinar tersebut mengundang 3 narasumber diantaranya Lely Triani sebagai Founder Berdaya, Mora Momor Co-head Marketing Greenwelfare.id dan Aryenda Atma selaku Founder Pable.id
Berdasarkan wawancara via whatsapp, Panitia Geprek Project, Steffi mengungkapkan bahwa webinar ini bertujuan “mengedukasi orang-orang agar bisa lebih hemat dalam mengkonsumsi pakaian, karena limbah yang dihasilkan dari pakaian tersebut cukup banyak”, selain edukasi juga berupaya untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat terhadap kepedulian lingkungan”.
Mora momor dari Greenwelfare.id, mengungkapkan bahwa “Pakaian yang terbuang menjadi sampah Ketika pakaian tersebut tidak lagi ingin digunakan”, Ketika beliau menjelaskan pentingnya mengenali Pratik Fast Fashion yang memberikan dampak buruk terhadap lingkungan.
Mora menambahkan bahwa, Industri fashion merupakan pencemar terbesar kedua di dunia yang mengancam keberlangsungan lingkungan hidup. Penggunaan pewarna tekstil tidak ramah lingkungan yang bisa menyebabkan pencemaran air, serta penggunaan kulit satwa sebagai bahan baku pakaian dapat mengancam populasi satwa yang ada pada alam.
Aryenda Atma, founder Pable.id, menceritakan tentang bagaimana mengolah dan mendaur ulang limbah tekstil menjadi material terbarukan (secondary material) sehingga dapat digunakan Kembali menjadi bahan siap olah berupa kain tanpa harus mengeksploitasi material baru (virgin material).
Aryenda menambahkan bahwa, ia menyesalkan kesadaran negara Indonesia masih minim untuk menjawab tantangan dunia recycle. Lanjutnya mengatakan, banyak generasi muda tidak melanjutkan budaya tenun dari material recycle, padahal tenun itu sangat potensial untuk menambah pengasilan. Sayangnya yang terjadi pada pemuda kebanyakan setelah lulus SMA lebih banyak menjadi pegawai minimarket dengan gaji minim, Tuturnya.
KONTRIBUTOR : NURMAN HUSAIN