Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Komunitas Surplus: Berjuang Demi Kurangi Sampah Makanan

[:en]Komunitas Surplus, sebuah komunitas yang berperan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai isu lingkungan, khususnya food waste (Foto: Komunitas Surplus)[:]
Medialingkungan.com – Komunitas Surplus, merupakan sebuah komunitas yang bergerak di bidang lingkungan khususnya dalam penanggulangan sampah makanan dengan memperjuangkan pangan berkelanjutan. Komunitas ini berperan untuk memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat mengenai isu lingkungan, khususnya tentang problematika serta memberikan wadah bagi masyarakat untuk dapat berdiskusi dan melakukan aksi dalam mewujudkan kehidupan yang selaras dengan lingkungan. Komunitas ini didirikan pada bulan Februari tahun 2020, diinisiasi dibawah Surplus Indonesia (PT. Ekonomi Sirkular Indonesia) yang merupakan sebuah startup dengan inovasinya yaitu aplikasi Surplus. Surplus merupakan sebuah platform untuk dapat menyelamatkan makanan berlebih (overstock) yang belum terjual dari toko makanan sebelum waktu tutup dengan diskon min. 50%. Tujuannya yaitu mengurangi angka sampah makanan di Indonesia sebanyak 20% hingga tahun 2030 dengan mendukung Sustainable Development Goals No. 2 Zero Hunger, No.12 Responsible Consumption and Production, serta no.13 Climate Action.
Komunitas Surplus saat ini telah bernaung di bawah Yayasan Surplus Peduli Pangan. Melalui Yayasan ini, diharapkan mampu menarik stakeholder seperti lembaga swasta, pemerintah, pendidikan, pelaku usaha, dan instansi lainnya untuk dapat berkolaborasi mewujudkan kehidupan yang selaras dengan lingkungan dan menghargai pangan. Terlebih lagi saat ini belum ada regulasi yang mengatur secara terperinci melalui permasalahan sampah makanan. Untuk itu, Yayasan Surplus Peduli Pangan sebagai gerakan di garda terdepannya berusaha untuk memperjuangkan dan membantu seluruh elemen masyarakat di Indonesia menjadi bagian dalam solusi masalah sampah makanan.
Komunitas Surplus melakukan kegiatan online maupun offline. Kegiatan online seperti webinar, kelas online, dan social media campaign. Sedangkan, beberapa kegiatan yang turun ke lapangan diantaranya Sunday Zero Food Waste berupa kampanye offline di car free day, Surplus Berbagi, dan pelatihan pencegahan food waste. Dokumentasi-dokumentasi kegiatan dapat disaksikan di Instagram & Youtube Komunitas Surplus. Secara umum, kegiatan utama Komunitas Surplus adalah sebagai berikut: 1) Pendidikan Sadar Pangan, 2) Pemberdayaan Komunitas dan Pelaku Usaha, 3) Konsultasi Penelitian di bidang pelestarian Lingkungan Hidup dan sampah makanan, 4) Memberikan donasi dalam rangka penyelamatan makanan, dan 5) Melestarikan Lingkungan Hidup.

Food Waste
Sampah makanan merupakan salah satu isu lingkungan yang makin hari kian mengkhawatirkan, termasuk di Indonesia. Data dari FAO menunjukkan bahwa Indonesia menghasilkan 13 juta metrik ton sampah makanan per tahunnya, dimana beratnya sama dengan 500 kali berat Monumen Nasional (Monas). Kontribusi besar terbuangnya makanan disumbang oleh hotel, restoran, jasa catering, supermarket, gerai ritel, dan perilaku masyarakat yang gemar tidak menghabiskan sisa makanannya. Bahkan, data dari The Economist Intelligence Unit menyatakan Indonesia merupakan negara pembuang makanan kedua terbesar di dunia dimana setiap orangnya mampu membuang 300 kg makanan per tahun. Apabila dirupiahkan, jumlah sampah tersebut setara dengan Rp 27 Triliun. Besaran itu sebenarnya cukup untuk memberi makan 11% populasi Indonesia atau sekitar 28 juta penduduk setiap tahunnya, mirip dengan angka jumlah penduduk miskin di Indonesia. Fakta inilah yang melatarbelakangi didirikannya Komunitas Surplus di Indonesia.
Kesadaran tentang sampah makanan atau food waste ini harus ditingkatkan dan diperluas lagi ke lebih banyak orang. Hal ini karena sampah makanan berdampak besar bagi lingkungan. Jika sampah makanan hanya berakhir di TPA (Tempat Pemrosesan Akhir) dan tidak dikelola dengan baik seperti tidak adanya pemilahan antara sampah organik dan anorganik, maka sampah makanan tersebut akan menghasilkan gas metana (CH4) saat proses pembusukannya. Gas CH4 sendiri termasuk ke dalam gas rumah kaca yang dapat memperparah perubahan iklim dan menyebabkan pemanasan global karena 21 kali lebih kuat untuk membuat bumi semakin hangat dibandingkan gas karbon dioksida (CO2). Lebih parahnya lagi, permasalahan sampah makanan inilah yang menjadi penyebab dari tragedi longsor sampah di TPA Leuwigajah, Cimahi tahun 2005 silam. Longsor dipicu dari ledakan yang terjadi akibat akumulasi gas CH4 pada gunungan sampah, karena gas metana memiliki sifat mudah terbakar.
Bagaimana cara bergabung dengan Komunitas Surplus?
Untuk dapat bergabung ke Komunitas ini, caranya cukup mudah yaitu dengan mengisi Hal ini juga merupakan sebuah tips agar bisa semakin tahu dan tergerak dalam memperjuangkan isu yang menjadi concern kita. Orang-orang dan kegiatan di dalam wadah ini bisa menjadi support bagi kita untuk melakukan aksi.
Namun, aksi kecil dan nyata dalam mencegah sampah makanan dapat kita lakukan dari diri sendiri dulu, seperti belanja seperlunya, tidak perlu menyimpan stok makanan terlalu berlebihan ; masak sesuai porsi keluarga di rumah; mengambil makanan ke piring sesuai porsi masing-masing dan selalu menghabiskannya; tahu cara menyimpan makanan yang benar agar tahan lama dan tidak mudah basi; pintar berkreasi dengan sisa makanan agar bisa dikonsumsi sampai habis; berbagi makanan yang berlebih kepada yang membutuhkan, ke keluarga atau tetangga.


Kiriman Press Release dari
Komunitas Surplus
Editor: Andi Gunawan Pratama