Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Selanjutnya [3] Ruang terbuka hijau
![Selanjutnya [3] Ruang terbuka hijau](https://medialingkungan.com/wp-content/uploads/2014/05/k2_items_src_29766e2a37e979b18d18c428ff9c5aba.jpg)
Kampus unhas, salah satu ruang terbuka hijau di kota makassar
Ruang terbuka hijau
Kondisi fisik Kota Makassar yang belum beradaptasi terhadap iklim yang sangat variatif, salah satunya ditengarai karena ruang terbuka hijau masih sangat minim. “Sepengetahuan saya, Ruang Terbuka Hijau (RTH) di Makassar itu masih kurang,” kata Roland.
Menyadari hal tersebut, lanjut Roland, Gubernur Sulawesi Selatan menggagas sebuah konsep RTH di Pulau Lakkang. Berada di tengah Sungai Tello, desa yang didaulat sebagai daerah percontohan pariwisata oleh Dinas Kebudayaan Pariwisata Kota Makassar ini akan dijadikan pusat konservasi.
Rencana ini telah mulai berjalan, pasalnya Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo (SYL) telah menyampaikan hal tersebut ke SKPD Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan untuk ditindak lanjuti. Selain pertambahan RTH, menurut Roland, bangunan perkotaan bisa mencontoh konsep hijau di urban city seperti yang diterapkan di Singapura. Ia menjelaskan bahwa masyarakat perkotaan di wilayah tersebut telah menerapkan wall garden atau vertical garden pada bangunan-bangunan seperti, perkantoran, pusat perbelanjaan, hotel, dan kediaman masyarakat.
Teknik seperti ini bukan hal yang baru, namun lemahnya awareness masyarakat ditambah tingkat pengetahuan masyarakat tentang cara beradaptasi dan tindakan mitigasi terhadap peburahan iklim yang dinilai minim juga menjadi kendala yang memicu sulitnya tindakan kolaboratif pemerintah, korporasi, dan masyarakat.
Selain itu, untuk mengoptimalkan penggunaan air, mereka me-recycle air yang telah digunakan dan dimanfaatkan keblai untuk berbagai keperluan lain. “contohnya di singapura, gedung pemerintahan, mall menyimpan air pada saat musim hujan dan mengolah kembali air yang telah digunakan (recycle) kemudian menyimpannya di depan gedung, kemudian ai tersebut digunakan untuk menyiram tanaman, baik pohon maupun rerumputan yang berada di sekitar gedung,” terang roland.
Secara ideal, peningkatan kualitas fungsi ekologi perkotaan dapat tercapai dengan kolaborasi penerapan konsep wall garden dan recycle air. Selain itu, fungsi sosial juga dapat diperoleh. Di satu sisi, Bangunan di perkotaan bertambah nilai estetisnya. Di sisi lain, suhu udara tidak terlalu panas, udara menjadi lebih sehat, dan pejalan kaki menjadi lebih nyaman berjalan tanpa menggunakan kendaraan. (MFA)
Di Revisi Tata Ruang Makassar Jawab Tantangan Perubahan Iklim Global :
![]() |
Revisi Tata Ruang Makassar Jawab Tantangan Perubahan Iklim Global |
![]() |
Perbedaan Cuaca |
![]() |
Pengembangan Infrastuktur |