Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
4 Desa Di Bali Kembangkan Pariwisata Berkelanjutan

Ilustrasi (Gambar: ianbeattie)
Medialingkungan.com – Empat desa di Bali, yang tergabung dalam Jaringan Ekowisata Desa (JED) sejak tahu 2002 mengembangkan Ekowisata Desa sebagai pariwisata yang berwawasan lingkungan di Bali. Desa yang tergabung adalah Desa Tenganan, Desa Sibetan, Desa Plaga, dan Desa Nusa.
Para turis yang datang ke desa tersebut dapat menikmati bermacam-macam produk andalan dari desa tersebut seperti Di Banjar Dukuh, terdapat sekitar 150 hektar lahan dengan 90% kebun salak, Plaga terkenal dengan kopi organik, Tenganan sebagai desa tua kemudian Nusa Ceningan sebagai wisata pantai.
Manager JED, Gede Astana Jaya, sebagaimana disebutkan dalam mangobay.co.id mengungkapkan pengembangan ekowisata desa sebagai pariwisata alternatif di Bali tersebut dilakukan sebagai upaya penyelamatan lingkungan.
Astana Jaya menuturkan, selama ini pariwisata massal Bali cenderung merugikan lingkungan. Baginya, ekowisata selain memberikan manfaat ekonomi juga merupakan faktor penting untuk masa depan dan keberlangsungan budaya dan lingkungan di Bali.
“Kalau para investor mau mengelola usaha dalam koridor ekowisata, niscaya kita akan maju bersama-sama, tidak ada namanya laut harus direklamasi,” ujar dia.
Dia menambahkan demi menjaga lingkungan, desa-desa tersebut juga membatasi maksimal 10 wisatawan yang dapat berkunjung ke satu lokasi setiap hari. Namun menurutnya, kurangnya perhatian dari pemerintah Bali membuat ekowisata yang telah ada selama 13 tahun ini belum mengalami kemajuan yang signifikan.
“Seharusnya pemangku kebijakan, pelaku pariwasata yang mengeruk keuntungan di Bali dan masyarakat memiliki visi dan tujuan sama bagaimana mengelola pulau kecil ini bisa sustainable in any way,” ucapnya.
Lebih lanjut Dia menjelaskan tantangan dalam pengembangan wisata alternative ini adalah megubah pola pikir masyarakat. “Kita memiliki potensi besar baik alam, budaya, dan lain-lain. Potensi itu, masih banyak belum dilirik dan dikemas. Mungkin karena pola pikir orang susah berubah dari pola pariwisata massal hingga mau investasi waktu mengembangkan ekowisata,” tambahnya.
Dia juga berharap hotel-hotel besar di Bali membantu memasarkan ekowisata desa tersebut sehingga mampu membantu melestarikan budaya dan lingkungan di desa.
Dalam pelaksanaannya, desa-desa yang tergabung di dalam JED tersebut didampingi oleh lembaga swadaya masyarakat (LSM) Yayasan Wisnu.
Berdasarkan informasi yang berhasil dihimpun oleh medialingkungan.com, kunjungan wisatawan ke tempat tersebut dalam kurung waktu lima tahun terakhir bersifat fluktuatif. Pada tahun 2014 hanya tercatat 360 orang wisatawan yang berkunjung dari 3,5 juta turis yang berkunjung ke Bali pada tahun 2014. (Ir)