Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Greenpeace Kecam Imbauan Subsidi Batubara

Penggunaan batubara pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap {Gambar: Greenpeace.org}
Medialingkungan.com – Greenpeace Indonesia mengecam pemerintah atas imbauan subsidi perusahaan batubara, pasalnya beberapa waktu lalu Indonesian Coal Mining Association (APBI-ICMA) atau Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia menghimbau agar pemerintah membayar biaya asuransi sebesar 1 % dari tarif dasar listrik sebesar sekitar Rp. 1.400/kWh atau dengan kata lain memberi subsidi sebesar Rp 3 triliun/tahun, artinya menambah 3% lagi beban pembayaran pajak Indonesia sebesar Rp 8,9 triliun/tahun.
Seperti dilansir dalam Greenpeace.org, pada Rabu (09/03) dikatakan bahwa Imbauan APBI-ICMA ini dikarenakan menurunnya permintaan internasional dan jatuhnya harga batubara yang menjegal rencana Indonesia untuk meningkatkan jumlah PLTU berbahan bakar batubara.
Subsidi ini akan dibayarkan selama 25-30 tahun, dengan total sekitar USD 6-7 milyar untuk menghasilkan 15 GW listrik bertenaga batubara yang sangat jauh di bawah kebutuhan energi Indonesia. Hal ini bertentangan dengan klaim asosiasi bahwa batubara ‘relatif murah’ dibandingkan dengan bahan bakar pembangkit listrik lainnya.
Kepala Kampanye Iklim dan Energi Greenpeace Asia Tenggara, Arif Fiyanto mengatakan, “Perusahaan batubara Indonesia tidak boleh dibiarkan menjalankan rencana tidak masuk akal ini. Tidak cukup dengan merusak bentang alam dan pada banyak kasus meninggalkan tanggung jawab reklamasi, perusahaan-perusahaan ini sekarang mengharapkan rakyat Indonesia untuk menebus kekacauan keuangan mereka.”
Lebih-lebih lagi. Pendanaan untuk perusahaan batubara mulai diperketat oleh perbankan. “Rakyat Indonesia tidak akan pernah menyetujui dana pensiun mereka digunakan untuk menopang industri batubara yang bermasalah seperti ini. Sumber pendanaan mulai kering karena bank dan para investor mulai melihat bahwa industri batubara menjadi aset macet. Jelas bahwa APBI-ICMA tidak mampu bangkit sendiri dan tidak memiliki masa depan.’’ ungkapnya.
Arif juga menambahkan Indonesia perlu meninggalkan bahan bakar kotor itu. Dana yang diminta oleh perusahaan-perusahaan batubara ini lebih baik diinvestasikan dalam energi terbarukan yang pada jangka panjang akan memberikan energi yang bersih dan lebih murah untuk rakyat Indonesia. {Iswanto / Fahrum Ahmad}