Panorama Mangrove Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai

 Panorama Mangrove Tongke-Tongke Kabupaten Sinjai

Medialingkungan.com – Pulau Sulawesi tak pernah kehabisan objek pariwisata untuk diulas. Kali ini Obyek wisata hutan bakau Tongke-Tongke yang berada di Kabupaten Sinjai, lebih tepatnya bagian timur laut Kabupaten Sinjai di Kecematan Sinjai Timur, sekitar 7 km dari pusat kota Sinjai dengan menggunakan trnsportasi darat, dan sekitar 5 menit menggunakan tansportasi laut.

Jejeran dan rimbunan hutan bakau yang tertata alami di pesisir laut Tongke-Tongke menampakkan keindahan panorama alam yang disertai ribuan kelelawar yang bergelantungan pada tiap bulan April sampai pada bulan September mengikuti musim adaptasi lingkungan spesies binatang  tersebut.

Melalui Field Work Program (FWP), kerjasama dengan tim dari Japan International Cooperation Agency (JICA) dan AUSAID berhasil menyulap pesisir menjadi objek wisata mangrove dan hingga sekarang telah banyak turis mancanegara yang datang berkunjung.

 

Awalnya, Pada tahun 1993 Kabupaten Sinjai dalam pengembangan dan penghijauan pesisir, melalui Pak Tayeb yang berhasil mendapatkan penghargaan Kalpataru dari Presiden Ir. Soeharto atas kerja keras dan keuletan dalam penyelamatan biota laut dan keanekaragaman hayati di pesisir Tongke-Tongke. Berkat usahanyalah para peneliti mulai berdatangan untuk melakukan penelitian, hasil-hasil penelitian inilah yang membuat investor asing tak segan untuk bekerjasama dalam pengelolan pesisir tersebut.

Desa Tongke-Tongke dengan kekayaan biodiversity lautnya lebih dikenal dengan laboratorium bakau Sulawesi Selatan seluas 786 Ha ini dikembangkan dengan swadaya dan budidaya masyarakat secara murni. Berdasarkan monitoring hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap sero yang ditempatkan di perairan dekat mangrove, terdapat sekitar 27 spesies ikan dan 4 spesies udang dan sedikitnya 8 spesies gastropoda dan 8 spesies bivalvia yang hidup menetap di kawasan mangrove tersebut.

Dalam perkembangannya, kawasan wisata laut Tongke-tongke telah dibuat jalan kayu permanen sepanjang 250 m dengan fasilitas shelter serta villa terapung dalam kawasan kepariwisataan sebagai bukti pelayanan pemerintah secara maksimal kepada pengunjung sebagai bentuk sinergi dalam pengelolaan aset wisata tersebut.

Disamping itu, pemerintah juga telah menyediakan sarana transportasi laut yang bersandar dipesisir hutan bakau yang dipersiapkan bagi wisatawan mancanegara atupun wisatawan lokal. Dari sektor perkebunan dan perikanan, pengelola juga telah memfasilitasi sebuah sanggar tani yang dijadikan sebagai pusat pelatihan pengelolaan bakau dan pengembangan aktifitas kelompok tani wanita yang lebih berorientasi pada pemeliharaan bakau dan pengembangan disektor perikanan.

Nakmura, seorang wisatawan mancanegara sekaligus peneliti dibidang pengembangan masyarakat pesisir dan human relationship mengharapkan adanya suatu desain yang permanen yang menggambarkan tentang site plan, yang mana pengelolaannya berbentuk investasi dan kepariwisataan. Pemerintah Kabupaten Sinjai diharapkan sebagai wadah pengelola bagi investor kedepan. (MFA)

 


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *