Tisu Basah Musuh Terbesar Lingkungan

Ilustrasi (Gambar: viva.id)
Medialingkungan.com – Tisu basah digunakan hanya sekali dalam membersihkan kotoran yang pada dasarnya adalah kain lap sabun yang tak perlu dibilas. Surat The Guardian menyatakan tisu basah kini buruk bagi lingkungan, oleh sebab itu, tisu basah telah dinobatkan sebagai ‘musuh terbesar tahun 2015’.
Tisu sekali pakai, memastikan untuk membasmi kuman, dan bisa dibuang setelah dipakai, nyatanya sangatlah populer. Para ibu-ibu membawa tisu basah di tas popok mereka dan menggunakannya saat mengganti popok atau membersihkan dalam keadaan darurat.
Kini banyak orang dewasa menimbun tisu basah yang bisa ‘disiram’ di kamar mandi mereka untuk membersihkan lebih baik dari pada kertas tisu biasa. Official Boy atau (OB) di rumah sakit dan para guru di dalam kelas sering mengelap permukaan dengan tisu basah anti-bakteri. Bahkan, para pelancong menyimpan tisu basah di dalam tas mereka untuk membersihkan tangan.
Tisu basah ada di mana-mana, sehingga tidak mengejutkan jika sektor tisu basah di Negara Inggris sendiri senilai 778 juta dolar atau setara dengan Rp10 triliun. Namun, ada beberapa masalah besar di balik obsesi yang tersebar luas itu dengan tisu basah. Hanya karena tisu basah secara teknis bisa digunakan sekali pakai namun tidak berarti mereka akan secara ajaib hancur, alih-alih, mereka hanya akan terseret ke suatu tempat yang lain, hilang dari pandangan, di mana mereka akan mendatangkan malapetaka bagi lingkungan sekitar.
Kebanyakan mengandung serat plastik yang tidak dapat diurai secara alami. Saat tisu basah hanyut ke laut, tisu tersebut akan dicerna oleh binatang laut seperti kura-kura yang mengira tisu basah sebagai ubur-ubur, lalu mereka mati. Marine Conservation Society (MCS) pada tahun 2014 memperkirakan ada sekitar 35 tisu basah per kilo meter di pantai Inggris. (Angga Pratama)