Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Tahukah Kamu Bahwa Kadar Gula Tinggi Bisa Jadi Penyebab Alzheimer?
Medialingkungan.com – Untuk pertama kalinya, ilmuwan menemukan hubungan antara kelainan pada bagaimana otak dalam memecah glukosa dan tingkat keparahan plak dan tangles amyloid di otak dengan gejala awal penyakit Alzheimer. Penelitian ini didukung oleh National Institute on Aging (NIA), bagian dari National Institutes of Health.
Dipimpin oleh Madhav Thambisetty, M.D, Ph.D., ilmuwan dan kepala unit laboratorium Neuroscience Klinis dan Translasional NIA, para peneliti melihat sampel jaringan otak dari peserta di Baltimore Longitudinal Study of Aging (BLSA), salah satu studi ilmiah terpanjang di dunia tentang penuaan manusia. BLSA melacak data neurologis, fisik dan psikologis pada peserta selama beberapa dekade.
Peneliti mengukur kadar glukosa di daerah otak yang berbeda, beberapa rentan terhadap patologi penyakit Alzheimer, seperti korteks frontal dan temporal, dan beberapa lainnya resisten, seperti di otak kecil.
Mereka menganalisis tiga kelompok peserta BLSA: (1) mereka dengan gejala Alzheimer selama hidup; (2) mereka yang telah dikonfirmasi memiliki patologi penyakit Alzheimer di otak saat kematian; dan (3) individu tanpa gejala selama hidup tetapi dengan tingkat signifikan patologi Alzheimer ditemukan di otak pasca-mortem.
Mereka menemukan kelainan yang berbeda pada glikolisis, proses utama dimana otak memecah glukosa, dengan bukti yang menunjukkan hubungan antara tingkat keparahan kelainan dengan tingkat keparahan patologi Alzheimer. Tingkat glikolisis yang lebih rendah dan kadar glukosa otak yang lebih tinggi berkorelasi dengan plak dan tangles yang lebih parah yang ditemukan di otak orang-orang dengan penyakit ini.
Melalui press release kepada pihak kami, Direktur NIA, Richard J. Hodes, M.D. menjelaskan bahwa, untuk beberapa waktu, para peneliti telah memikirkan kemungkinan hubungan antara bagaimana otak memproses glukosa dan penyakit Alzheimer itu sendiri.
“Penelitian ini menghasilkan pemikiran baru tentang bagaimana menyelidiki hubungan pada cara yang lebih baik dan lebih efektif untuk mengobati atau mencegah penyakit Alzheimer. Temuan ini menunjukkan sebuah mekanisme baru yang bisa dijadikan sasaran dalam pengembangan pengobatan baru untuk membantu otak mengatasi kekurangan glikolisis pada penyakit Alzheimer.” terang Richard.
Peneliti memperingatkan bahwa belum sepenuhnya jelas apakah kelainan metabolisme glukosa otak secara definitif terkait dengan tingkat keparahan gejala penyakit Alzheimer atau kecepatan perkembangan penyakit tersebut.
Langkah selanjutnya untuk Thambisetty dan timnya adalah untuk mempelajari kelainan pada jalur metabolisme lain yang terkait dengan glikolisis untuk menentukan bagaimana kaitannya dengan patologi Alzheimer di otak. (Suterayani)