Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
El-Nino Betah Hingga April 2016

Lahan di Palangkaraya pasca kebakaran besar yang melanda selama berbulan-bulan (Gambar: dok)
Medialingkungan.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi EL-Nino masih akan berlanjut hingga April 2016. Kondisi atmosfer yang cenderung kering pada sebagian pulau besar di Indonesia akan memberikan dampak pada tingginya potensi kebakaran hutan dan lahan.
Kendati di sejumlah wilayah telah turun hujan dan menurunkan jumlah titik panas, namun BMKG tetap memperingatkan agar semua pihak tetap mengantisipasi timbulnya kebakaran hutan dan lahan — dan melakukan tindakan pencegahan kemunculan titik api sedini mungkin.
“El Nino hingga April jadi peringatan bagi Sumatera Selatan dan daerah lain agar waspada. Kondisi hujan di Jakarta dan Bogor sekitarnya jangan jadi acuan,” ungkap Bambang Hero Saharjo, Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, Sabtu (14/11) malam seperti dikutip dari Kompas.
Bersama pakar gambut lainnya, Bambang yang saat itu sedang berada di Palembang bersama Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya dan Gubernur Sumsel, Alex Noerdin berkesempatan melakukan pantauan udara langsung menggunakan helikopter.
Pemantauan itu dimaksudkan untuk melihat kondisi aktual bentang alam dan lahan bekas kebakaran hutan dan lahan. Dalam panuatan itu, kondisi perkebunan akasia (HTI) di Ogan Komering Ilir habis dilalap api. Para pakar gambut kecewa karena hanya disuguhi dengan pemandangan perkebunan sawit.
Bambang memperingatkan, tragedi asap akan terus berulang jika seluruh pihak tidak siap dan lengah terhadap kemunculan titik api. Untuk itu, sambung Bambang, setiap penemuan titik api, harus segera dipadamkan.
Ia menambahkan, pemadaman bisa dilakukan jika semua pemangku kepentingan memiliki sarana-prasarana pemantauan hingga pemadaman pada tingkat tapak.
Sementara itu, Direktur Pusat Studi Kebencanaan Universitas Riau, Haris Gunawan mengatakan, kepulan asap di permukaan lahan rawa gambut masih tampak, hal itu menandakan di bawah permukaan lahan menyimpan bara api yang mati akibat guyuran hujan.
Kepala Pusat Studi Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup Universitas Palangkaraya, Darmae Nasir yang mengkaji rawa gambut dan kebakaran lahan di Sumsel mengatakan, “Kebakaran yang masih ada ialah lokasi kubah gambut yang sulit padam,” selorohnya.
Direktur Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan Kementerian LHK, Raffles Brotestes Panjaitan menambahkan, dari pengalaman kebakaran selama tiap periode ini cenderung dikaitan dengan faktor kesengajaan. Jadi, perlu posko penjagaan melibatkan TNI/Polri dan Manggala Agni.
“Pada dasarnya, kalau melihat ada patroli aparat, warga takut membakar. Lalu, perusahaan yang terdeteksi dengan citra satelit, kalau membakar dilakukan penegakan hukum,” katanya.
Menanggapi gal tersebut, Alex Noerdin mengatakan, pihaknya tetap waspada dengan El Nino. Ia mempertaruhkan jabatannya jika tahun depan terbakar lagi.
Kemudian Mentri LHK, Siti Nurbaya mengatakan, pemerintah sedang fokus merumuskan program, instrumen regulasi, dan persiapan pencegahan kebakaran. “Api itu hanya gejala, persoalannya bagaimana tata kelola (hutan-lahan),” ujarnya.
Lebih lanjut ia katakan, pihak KLHK selama sepekan ini tengah merampungkan konsep-konsep pencegahan, termasuk restorasi 2 juta hektar ekosistem gambut terbakar.
KLHK juga telah berkoordinasi dengan Bappenas dan Menteri Koordinator Perekonomian untuk mempercepat pengelolaan hutan di tingkat tapak melalui Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di 6 provinsi dengan kebakaran dan tragedi asap paling parah. {Fahrum Ahmad}