Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
FORMA IPB Gelar Bedah Buku “DIBALIK KRISIS EKOSISTEM”
Medialingkungan.com – FORMA pascasarjana Ilmu Pengelolaan Hutan Institut Pertanian Bogor (IPB) dibantu Forest Management Club IPB serta FORMA pascasarjana Pengelolaan Sumberdaya Lingkungan IPB menyelenggarakan bedah buku yang berjudul ‘Dibalik Krisis Ekosistem’, yang dihadiri langsung oleh penulis buku tersebut yaitu Prof. Dr. Ir. Hariadi Kartodihardjo, MS. Kegiatan ini diselenggarakan di Auditorium Sylva Pertamina Fahutan IPB, Sabtu (11/11/17).
Kegiatan ini ada karena melihat berbagai permasalahan sektor kehutanan dan lingkungan saat ini hampir dikatakan sangatlah kompleks, satu diantaranya mengenai ketidakadilan pemanfaatan Sumberdaya Alam (SDA). Hal ini mengakibatkan adanya ketidak seimbangan pemamfaatan potensi alam yang berdampak pada timbulnya krisis ekosistem.
Menurut Nursuhada selaku ketua panitia, kegiatan ini penting diadakan karena buku ini berisikan tentang bagaimana membangun cara pikir sehingga mereduksi nilai dari fakta sesungguhnya dilapangan.
“Buku ini merupakan hasil pemikiran penulis selama mendalami ilmu kebijakan SDA sehingga ini akan memperkaya ilmu pengetahuan kita dalam melihat masalah secara holistic melalui transdisiplin ilmu,” ujar Suhada.
Prof. Hariadi menjelaskan, bahwa judul buku ini muncul ketika membicarakan soal krisis ekosistem yang indikatornya pasti sudah jelas seperti banjir, longsor dan sebagainya. Namun, ada hal lain yang tak kalah penting dari itu yaitu pola pikir, gagasan, dan mandeknya ilmu pengetahuan. Menurutnya, hal tersebut lebih mengena dibanding membicarakan ekosistemnya secara rinci yang solusinya telah diketahui.
“Yang menjadi kegagalan dalam merumuskan solusi biasanya adalah kegagalan dalam mendefinisikan konteks. Konteksnya seperti apa? Bukan salah dalam mengambil analisis atau kesimpulan tetapi kita tidak cukup baik menghubungkan antara analisis simpulan dengan konteks yang kita hadapi,” tegas Prof. Hariadi.
Budi S.Hut., M.Sc. yang menjadi salah satu pemapar mengungkapkan bahwa, dalam buku ini disebutkan kerusakan-kerusakan SDA disebabkan karena kegiatan pembangunan hanya menitik beratkan pada produksi komuditas misalkan hutan hanya untuk menghasilkan kayu dan sebagianya.
“Selain itu, masalah lainnya adalah lemahnya kelembagaan dalam menyelesaikan konflik,” lanjut Budi. (Iswanto)