Gempa di Aceh Berpotensi Gempa Susulan?

 Gempa di Aceh Berpotensi Gempa Susulan?

Kondisi saat Gempa di Pidie Jaya, Aceh (Gambar: Liputan 6)


Medialingkungan.com – Gempa 6.5 SR yang menguncang Aceh pada (7/12) kemarin menyisakan duka mendalam khususnya masyarakat di dua Kabupaten yang terkena dampak paling parah yaitu Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireun. Gempa yang mengguncang Aceh pada pukul 05.03 tersebut berpusat di 18 km timur laut Pidie Jaya dengan kedalaman gempa 15 km. Analisis BMKG mengatakan gempa tersebut berasal dari aktifitas sesar lokal mendatar (strike-slip-fault) dan berpotensi adanya gempa susulan hingga dua sampai tiga hari kedepan.

Daryono, Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG melaporkan bahwa potensi gempa susulan tersebut ada, namun kekuatannya kecil dan tak ada potensi gempa susulan yang besar. Berdasarkan data BNPB, sudah terjadi gempa susulan sebanyak 12 kali hingga kemarin (9/12) sampai pukul 08:15 WIB. Namun Daryono menegaskan bahwa, gempa yang cukup kuat tersebut tidak akan berpengaruh terhadap lempengan lain di Sumatera. Untuknya, Ia menghimbau agar warga tetap tenang dan tak terpancing isu yang beredar.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Moch Riyadi, seperti yang dikutip dari Mongabay mengatakan bahwa gempa tersebut termasuk dalam kategori dangkal. Dugaan kuat sesar aktif gempa tersebut adalah sesar Samalanga-Sipopok Fault-jalur sesar kearah barat daya-timur laut dengan analisis peta tingkat guncang menunjukkan bahwa dampak gempa tersebut akan dirasakan oleh 9 daerah yaitu Busugan, Meukobrawang, Pangwabaroh, Meukopuue, Tanjong, Meukobrawang, Pangwabaroh, Angking dan Pohroh.

Kamis malam (8/12) Presiden Jokowi mengatakan bahwa penanganan terhadap korban bencana gempa Pidie Jaya sudah sangat baik dan sudah mencapai 99% proses evakuasi. Jokowi juga mengatakan akan langsung melihat kebutuhan yang diperlukan terutama terkait dengan perbaikan pemukiman dan fasilitas sosial. Ia mengatakan bahwa yang paling penting saat ini adalah evakuasi penanganan korban dirumah sakit.

Gubernur Aceh sendiri menetapkan status Tanggap Darurat Bencana terhadap tiga Kabupaten yaitu, Pidie Jaya, Pidie dan Bireun hingga 20 Desember 2016. Hingga Kamis pukul 09.00 korban meninggal dilaporkan mencapai 102 jiwa, 700-an orang luka-luka dan 10.000 santri yang terkena dampaknya. Ia memperkirakan korban akan terus bertambah, mengingat masih ada warga yang tertimbun reruntuhan.

Saat ini sudah ada ribuan personil Tim SAR, BPBD Aceh, Polri, PMI Tagana (Taruna Siaga Bencana) Aceh, TNI, relawan dan masyarakat yang berfokus pada pencarian dan penyelamatan korban. Kepada wartawan, Gubernur Aceh mengungkapkan fakta bahwa sekitar 429 rumah rusak, 105 ruko roboh dan 14 mesjid, 6 musholah, 1 sekolah, 3 bangunan dan RSUD Pidie mengalami rusak berat. Kerusakan terparah dialami oleh Kabupaten Pidie Jaya.

Sutopo Purwo Nugroho, Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (PNBP) membenarkan bahwa pemerintah masih lemah dalam implementasi tata ruang pada zona merah peta rawan rencana. Banyaknya korban akibat gempa disebabkan oleh reruntuhan bangunan. Untuk itu, bangunan tahan gempa sangat penting di zona merah (rawan) gempa.

Ia juga mengungkapkan bahwa kesadaran masyarakat akan peta rawan bencana juga sangat minim. Banyak infrastruktur baik di Aceh maupun diwilayah lain belum memiliki rumah tahan gempa. Masyarakat terkendala dalam masalah biaya. Rumah tahan gempa 30-50% lebih mahal dibandingkan dengan bangunan biasa. Untuk itu Sutopo menganjurkan adanya aturan dana insentif untuk membuat bangunan tahan gempa, utamanya bagi mereka yang berasal dari kelas menengah kebawah. (Suterayani)

Informasi terbaru gempa Aceh dalam bentuk infografis (Sumber: Badan Nasional Penangguan Bencana)

 


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *