Pakar Gambut Kritiki Presiden Terkait Perluasan Kanalisasi Gambut

 Pakar Gambut Kritiki Presiden Terkait Perluasan Kanalisasi Gambut

Joko Widodo meninjau pengerjaan kanal sekat di ke Tumbang Nusa, Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah, Sabtu (31/10). (Gambar: smeaker)


Medialingkungan.com – Presiden Joko Widodo kembali menginstuksikan menambah kanal sekat (lagi) pasca sepeninjauannya ke Tumbang Nusa, Kabupaten Pulau Pisang, Kalimantan Tengah, Sabtu (31/10). Pembangunan kanal ini dikatakan sebagai upaya pencegahan kebakaran di kawasan rawa gambut di lokasi lain.

”Nanti kita perluas di semua lokasi yang rawan kebakaran di semua provinsi,” ujar Presiden.

Menurutnya, pembuatan drainase di lahan gambut ini dilengkapi sekat di beberapa titik. Itu bertujuan untuk menahan dan menampung air lebih lama di kanal dan embung.

Kanal bersekat yang terhubung dengan Sungai Kahayan itu akan mendukung kebutuhan air dalam kanal dan embung. Air yang berada di Sungai Kahayan dan Sungai Selat Nusa dipompa kemudian dialirkan masuk ke dalam kanal.

Kendati mendapat sorotan dari aktivis lingkungan, namun pembuatan kanal bersekat yang awalnya diinstruksikan secara lisan pada 24 September 2015 itu tetap berjalan, utamanya pengerjaan kanal yang berada di Sumatera Selatan, Kalimantan Tengah, dan Jambi.

Sementara itu, pakar gambut dari Universitas Palangkaraya, Suwido Hester Limin dan Darmae Nasir menyebutkan bahwa kanal sekat seperti itu justru membuat gambut menjadi kering dan mudah terbakar.

Suwido mengatakan, pemerintah seharusnya belajar dari pengalaman proyek pengembangan lahan gambut (PLG) sejuta hektar pata 1980-an di Kalimantan Tengah. Kala itu lahan gambut yang terkanalisasi justru menjadi langganan kebakaran tiap tahun.

Senada dengan Suwido, Darmae yang juga Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup Universitas Palangkaraya mengungkapkan bahwa pembuatan kanal bersekat secara massal untuk mengatasi kebakaran hutan dan lahan di Sumatera dan Kalimantan sangat berisiko. Tujuan membuat lahan rawa gambut kembali basah malah berpotensi mengeringkan dan meningkatkan bahaya kebakaran di masa mendatang.

”Justru kanalisasi malah membuat air di gambut terkuras. Kanalisasi itu bukan kebutuhan membasahkan, tetapi mengeringkan. Itu teknik orang sawit untuk mengeringkan, drainase,” tutur Darmae sepeti dilansir Kompas.

Menurutnya, pengaruh pasang Sungai Kahayan pada kanal bersekat itu sangat minim sehingga tidak dapat diandalkan sebagai sumber pasokan air ke embung. Ditambah lagi, saat musim hujan, areal pembangunan kanal di Tumbang Nusa itu langganan banjir. {Fahrum Ahmad}


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *