SCF Buat Terobosan, Pameran Produk Hasil Hutan ‘Bukan’ Kayu Pertama di Indonesia

 SCF Buat Terobosan, Pameran Produk Hasil Hutan ‘Bukan’ Kayu Pertama di Indonesia

Sejumlah pejabat pemerintahan dan NGO yang hadir sedang melihat-lihat produk hasil hutan bukan kayu yang dipamerkan di Hotel Kenari, Makassar pada 1-2 April (Gambar: Fahrum Ahmad)


Medialingkungan.com – Produk hutan identik dengan kayu. Namun, potensi hutan tidak hanya terpaku pada kayu saja. Produk hasil hutan ‘bukan’ kayu (HHBK) seperti madu, rotan, gula aren, dan produk sejenis lainnya merupakan produk hutan yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi.

Atas dasar tersebut Sulawesi Community Foundation (SCF) menggelar pameran produk hutan HHBK yang merupakan rangakaian workshop regional hutan dan kemiskinan sekaligus peringatan Hari Kehutanan Internasional di Hotel Kenari, Makassar, pada tanggal 1-2 April.

Pameran ini bertujuan untuk mengoptimalkan potensi hutan yang bisa dikembangkan oleh masyarakat di dalam dan sekitar kawasan hutan dalam rangka pengentasan kemiskinan melalui maksimalisasi potensi di sektor kehutanan sebagai wujud implementasi program pemerintah – pengelolaan hutan berbasis masyarakat (PHBM).

Pameran yang dibuka oleh Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Sulawesi Selatan, Syukri Mattinetta ini merupakan pameran produk hutan yang pertama di Indoneisa dan menjadi terobosan di bidang kehutanan.

Pihak SCF mengatakan, kegiatan ini merupakan embrio lahirnya produk-produk berkualitas hasil hutan lainnya yang bisa menjembatani masyarakat untuk memperoleh peningkatan kesejahteraan, dan tetap menjaga kelestarian hutan. “Ini sesuai dengan tujuan program PHBM, yang memusatkan peran masyarakat dalam pelestarian hutan, sekaligus mengentaskan kemiskinan melalui sektor kehutanan,” ujar SCF.

Kegiatan ini dihadiri sekitar 50 instansi dan lembaga non-profit (NGO) mulai dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang diwakili oleh Direktur Perhutanan Sosial dan Kemitraan KLHK, hingga hampir semua SKPD dari Dinas Kehutanan tingkat kabupaten di Sulawesi Selatan serta beberapa dari Sulawesi Tengah dan Sulawesi Tenggara. Kemudian sisanya adalah NGO di Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, serta Sulawesi Tenggara.

Dalam pameran tersebut, salah satu yang menyedot perhatian para peserta adalah madu yang dipamerkan oleh Tim Layanan Kehutanan Masyarakat (TLKM). “Madu ini sangat unik dan berbeda dari madu lainnya karena madu ini berasal dari ekosistem hutan karst di Maros, yang merupakan ekosistem karst terbesar kedua di dunia dan ditumbuhi beragam pepohonan lokal, sehingga madu yang dihasilkan memiliki aroma, rasa, dan terkstur yang berbeda dengan madu-madu lainnya,” kata Direktur TLKM, Ichwan.

Wiratno, Direktur Perhutanan Sosial dan Kemitraan Lingkungan sangat mengapresiasi madu khas yang diperoleh dari bukit karst ini. “Madunya bagus ya, unik dan dengan kemasan seperti ini, sudah layak untuk bersaing di pasaran,” ungkapnya.

Kadis Kehutanan Sul-Sel, Syukri juga mengungkapkan, produk-produk HHBK bisa menjadi senjata alternatif untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan. “Madu dan gula aren dengan kemasan yang bisa bersaing di pasaran merupakan langkah maju dalam pemberdayaan masyarakat hutan dalam proses pengentasan masyarakat miskin di sana,” ujarnya.

Sementara itu, LPM Mitra Baru, salah satu NGO yang hadir di pameran in mengatakan bahwa pengoptimalan produk hasil hutan bukan kayu seperti ini merupakan langkah awal yang baik, dan khusus untuk madu karst, madu ini punya ciri khas, bahkan dalam proses pengambilan dan pengolahannya sudah pasti berbeda dengan madu lainnya,” ungkap Mulyadi Makmur, Direktur LPM Mitra Baru. Fahrum Ahmad


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *