Sindikat Penyelundupan Kera Berhasil Dibekuk

 Sindikat Penyelundupan Kera Berhasil Dibekuk

Ilustrasi (Gambar: medialingkungan)


Medialingkungan.com – Sindikat penyelundup 79 ekor kera asal Sumatera berhasil digagalkan oleh Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) wilayah 1 Serang, Banten. Truk yang ditumpangi ini diduga kuat berasal menuju ke Jakarta.

Petugas BBKSDA mengakui, pengintaian terhadap pergerakan sindikat ini telah bermula saat truk  tersebut memasuki Pelabuhan Merak. Truk dengan nomor kendaraan BE 9842 VF tersebut kemudian ditelisik lebih lanjut, dan terbukti melakukan penyelundupan hewan.

“Kami sudah memata-matai mereka dan pengintaian itu terus sampai ke Pelabuhan Merak,” ujar Kepala Seksi Konservasi Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Wilayah I Serang Andri Ginson kepada wartawan, Kamis (18/09).

Pertugas lantas menyergap sindikat tersebut setelah aksi kejar-kejaran di jalan. Oknum penyelundup berhasil diberhentikan pasca supir yang membawa kera tersebut menabrak di Tol Belaraja Tigaraksa, Kabupaten Tanggerang.

“Karena dalam pengejaran keliatannya sopir tidak konsentrasi membawa mobil, akhirnya terjadi tabrakan. Kecelakaan itu, mengakibatkan sopir dan keneknya mengalami luka cukup parah,” terangnya.

Saat diperiksa, kera-kera ini ditutupi oleh pisang yang diletakkan dalam satu boks. Hal ini dilakukan untuk mengelabui petugas pemeriksaan. Cara ini terbilang baru dalam penyelundupan satwa langka, dan jika dibiarkan satwa-satwa ini akan semakin mengalami degradasi..

Menurut keterangan pihak BBKSDA, kera-kera ini nantinya akan dijual ke rumah makan yang menyediakan santapan berbahan dasar kera. Pasalnya, otak kera dinilai mengandung asupan gizi yang tinggi.

“Kita menduga kuat puluhan kera ini di jual untuk kebutuhan rumah makan, karena otaknya mengandung gizi,” sebutnya.

Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, para pelaku didenda Rp250 juta, lantaran melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999, tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa.

Tingkat perdagangan satwa di Indonesia sudah mencapai frekuensi yang tinggi, dan di khawatirkan mengancam kepunahan bagi satwa-satwa, khususnya yang dilindungi  dan masuk dalam daftar ambang kepunahan. (MFA)


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *