Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Terancam Habis, Terumbu Karang Indonesia Butuh Kepedulian Semua Pihak
Medialingkungan.com – Lebih dari 80 persen masyarakat Inodnesia hidup di sekitar wilayah pesisir atau dengan kata lain, lebih dari setengah total tersebut menggantungkan hidupnya dari SDA wilayah pesisir. Untuk itu, pemerintah berkomitmen melakukan perlindungan ekosistem laut dalam pengelolaan sumberdaya hayati pesisir.
Sejauh ini, terdapat sekitar 139.900 kilometer persegi kawasan yang dilindungi pemerintah. Selanjutnya, pemerintah masih terus berupaya mencapai 200.000 kilometer persegi pada 2020 meskipun ini merupakan tantangan yang sangat berat.
Salah satu unsur biotik pada ekosistem pesisir adalah terumbu karang (coral reef). Greenpeace mencatat, Indonesia meiliki 18% dari total kawasan terumbu karang dunia. Data terakhir (2012) Pusat Penelitian Oseano-grafi LIPI mengungkapkan hanya 5 persen karang Indonesia yang tergolong sangat baik, 27,18 persennya digolongkan dalam kondisi baik, 37,25 persen dalam kondisi cukup, dan 30,45 persen berada dalam kondisi buruk.
Selain membawa keuntungan ekonomi, ekosistem terumbu karang melindungi pantai dari hantaman gelombang, sehingga mengurangi abrasi dan kerusakan. Terumbu karang juga berkontribusi kepada sektor penangkapan ikan dengan menyediakan daerah pemijahan dan asuhan, penyediaan makanan dan tempat berlindung beragam jenis mahluk laut.
Ekosistem terumbukarang adalah unik karena umumnya hanya terdapat di perairan tropis dan sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan hidupnya terutama suhu, salinitas, sedimentasi,eutrofikasi dan memerlukan kualitas perairan alami (pristine).
Oleh sebab itu, pada tahun 1998 perubahan suhu lingkungan akibat pemanasan global yang melanda perairan tropis menyebabkan pemutihan karang (coral bleaching) yang diikuti dengan kematian massal mencapai 90-95%. Salah satu peneliti perairan indonesia mencatat selama peristiwa pemutihan tersebut, rata-rata suhu permukaan air di perairan Indonesia adalah 2-3 derajat Celcius di atas suhu normal.
Segian besar terumbu karang Indonesia berada di bagian Kawasan Timur Indonesia (KTI) tepatnya di wilayah yang lazim disebut segitiga karang (coral triangle). Isu ancaman deforestrasi yang melanda wilayah ini membuat Kementerian Kelautan dan Perikanan bekerjasama dengan WWF-Indonesia dan Wildlife Conservation Society (WCS) melakukan Ekspedisi Pemantauan Terumbu Karang untuk Evaluasi Dampak di Alor dan Flores Timur di Nusa Tenggara Timur.
Dari hasil pengamatan ekspediksi ini Maret lalu, sebagian besar terumbu karang rusak. Banyak terumbu karang pada kedalaman 6 meter pecah berantakan bahkan mati. Kondisi lebih baik hanya terlihat pada kedalaman lebih dari 6 meter.
Penyebab kerusakan terumbu karang di kawasan ini diduga efek dari bom ikan, jaring, dan racun potas. Bom ikan yang diledakkan di kedalaman air, tak hanya membunuh ikan tetapi juga menghancurkan terumbu karang dan hanya menyisakan pecahan atau rubble.
Salah satu peneliti terumbu karang yang ikut dalam ekspedisi, Efin Muttaqin dalam lansiran NGIndonesia mengatakan Penggunaan potas adalah yang paling berbahaya karena cairannya bisa terbawa aliran air dan bisa menyebabkan perluasan kerusakan secara sistemik terhadap ekosistem di sekitarnya.
Survei dan ekspedisi diharapkan menghasilkan laporan kondisi terkini dari kondisi terumbu karang di perairan Kabupaten Alor dan Flores Timur. Rencananya, dari data tersebut pemerintah daerah dan pusat akan membuat kebijakan untuk melindungi keanekaragaman hayati di laut yang juga merupakan salah satu sumber makanan masyarakat. (MFA)