Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
KTT G20 Didesak Bahas Isu Perubahan Iklim
Medialingkungan.com – Brisbane, Australia, tempat pemimpin dunia saat ini berkumpul dalam agenda KTT G20 hingga akhir pekan ini, 15-16 November. Organisasi non-profit, The Climate Group mendesak para pemimpin ini untuk menempatkan isu perubahan iklim melebihi agenda lainnya, meski agenda utama pada KTT G20 tahun 2014 ini difokuskan pada peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat, menurut mereka perubahan iklim tidak hanya terbatas pada masalah lingkungan hidup, bahkan ia katakan dalam pesannya bahwa secara fundamental hal ini merupakan salah satu perangkat ekonomi.
Organisasi ini telah melakukan hal yang sama tiap kali pertemuan ini dilangsungkan. Terhitung dengan tahun 2014 ini, totalnya sudah delapan kali mereka melakukan desakan dan tuntutan tentang perubahan iklim pada KTT G20.
Pihak pemerintah Australia dalam sepekan terakhir, terus melakukan penolakan untuk memasukkan diskusi tentang perubahan iklim pada agenda di Brisbane. Dari informasi yang diperoleh medialingkungan.com, pemerintah Australia beralasan bahwa pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja harus menjadi fokus utama pertemuan tersebut.
Sejak awal, KTT G20 ditujukan untuk meraih peningkatan perdagangan dan hasil-hasil ketenagakerjaan dan membuat ekonomi global lebih tahan menghadapi guncangan di masa depan. Namun, jika dikaitkan dengan ekonomi, ia mengajak kita untuk melihat negara dengan kekuatan ekonomi terbesar di dunia seperti Amerika Serikat dan China, yang saat ini tengah membahas kesepakatan dalam pengurangan emisi karbon.
Lebih lanjut ia jelaskan, di Australia, terdapat cerita sukses yang menunjukkan peluang ekonomi yang ditawarkan low carbon economyc (ekonomi rendah karbon). Australia Selatan, misalnya, telah beralih ke energi terbarukan sejak tahun 2003 dan saat ini sekitar 39 persen pembangkit energi sudah menggunakan energi terbarukan. Angka ini dicapai melebihi prediksi, yakni pada 2020 atau enam tahun lebih awal. Kini target ambisius mereka mencapai 50 persen energi yang terbarukan pada tahun 2025.
“Ini telah dicapai melalui upaya sadar untuk menarik investasi terbarukan, termasuk mengembangkan kerangka peraturan yang paling mendukung untuk pengembangan energi terbarukan di Australia,” ungkap Jay Weatherill, Perdana Menteri Australia Selatan.
“Energi terbarukan tidak hanya menempatkan tekanan pada harga listrik grosir untuk kepentingan konsumen dalam jangka panjang, namun juga mengurangi emisi dan membantu menjaga Australia Selatan bersih dan hijau,” tambahnya.
Kondisi menguntungkan ini dikatakan sebagai salah satu bukti bahwa lingkungan juga merupakan fundamental ekonomi. “Kami mengambil keuntungan dari peluang ekonomi dan lingkungan yang ditawarkan oleh teknologi rendah karbon.”
Dalam sebuah pesan kepada para pemimpin G20, Mark Kenber, CEO dari The Climate Group, mengatakan, para pemimpin G20 harus memberikan kepercayaan yang dibutuhkan oleh pemerintah dan sektor swasta, dalam rangka membantu mereka ertransisi dari investasi energi bahan bakar fosil ke ekonomi rendah karbon yang mampu membangun capaian presitsius secara ekonomi dan membuka lapangan kerja setra ketahanan dari dampak perubahan iklim.
“Tak lepas dari manfaat lingkungan, contoh kasus ini untuk masa depan adalah salah satu daya dukung ekonomi yang kuat. Sektor energi dan teknologi ramah lingkungan mampu mendorong pertumbuhan dan penciptaan lapangan kerja pada tingkat yang lebih besar dari sisa perekonomian secara keseluruhan. Ini adalah letak harapan terbaik dalam pemulihan dan kemakmuran yang berkelanjutan.” (MFA)