Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Pertanian Ramah Iklim, Jadi Ide Terbaik yang Wakili Indonesia dalam Ajang GIZ Innovation Challenge 2020

[:en]Pelatihan GIZ Innovation Challenge 2020 via daring/zoom dengan peserta dari berbagai negara (Gambar: Istimewa)[:]
Medialingkungan.com – Dosen Program Studi Kehutanan, Fak. Pertanian, Universitas Muhammadiyah Makassar, Naufal Achmad menjadi salah satu dari 5 (lima) orang finalis terpilih dalam program GIZ Innovation Challenge 2020 pada kategori Digitalisasi. Naufal menjadi satu-satunya finalis yang berasal dari Indonesia dalam kegiatan terebut.
GIZ Innovation Challenge 2020 merupakan kegiatan yang dikelola oleh German Federal Ministry for Economic Cooperation and Development, dengan program Agricultural Innovation Fund melalui Deutsche Gesellschaft für Internationale Zusammenarbeit (GIZ). Lembaga dalam naungan pemerintahan Jerman ini telah beroperasi pada 130 negara mitra.
Kegiatan ini bertujuan menemukan ide dan inovasi dalam bidang pertanian pada 3 kategori: mekanisasi, digitalisasi dan energi terbarukan. Tujuan jangka panjang GIZ adalah untuk menuntaskan isu kelaparan pada tahun 2030. Targetnya adalah menjadikan dunia tanpa kelaparan dengan makanan sehat dan cukup melalui pertanian ramah iklim.
Setiap ketegori tersebut masing-masing mencari 5 finalis dengan hadiah masing-masing 50.000 Euro (€) untuk tebaik pertama, 30.000 Euro (€) untuk terbaik kedua, dan 10.000 euro (€) untuk terbaik ketiga. Semua finalis dari ketiga kateori tersebut berpeluang untuk mendapatkan kerjasama atau dukungan dalam jangka panjang.
Sejak bulan Maret 2020, GIZ telah melakukan seleksi ketat terhadap 1.000 lebih pengusung ide/inovasi yang berasal dari 44 Negara di seluruh dunia, dengan beberapa tahapan untuk menentukan 5 finalis terbaik dari setiap kategori. Pada bulan Juli 2020, GIZ menetapkan 5 finalis pada masing-masing kategori untuk lanjut pada tahap berikutnya.
Dalam hal itu, ide yang diusung oleh Naufal adalah “Village Landuse System for Suistainable Management of Natural Resources”. Ide itu berorientasi untuk membangun sistem pengelolaan lahan di desa yang terintegrasi dengan sistem sensor iklim, petak lahan, perencanaan lahan desa, jenis dan produktivitas pertanian, menjawab kebutuhan pasar, serta pengembangan keilmuan bagi akademisi.
Setelah proses ini, seharusnya masing-masing finalis mendapatkan pelatihan sebanyak 3 (tiga) kali sebagai persiapan sebelum memaparkan ide atau inovasinya di hadapan juri dan masyarakat internasional di Berlin, Jerman pada bulan September 2020. Namun, karena situasi pandemi Covid-19, seluruh kegiatan tersebut dialihkan pada mekanisme daring/virtual.
Pelatihan pertama secara daring melalui Zoom Cloud Meeting telah dilakukan pada Selasa, 7 Juli 2020 kemarin. Pelatihan ini dipandu oleh Socio Network (Advisory Services for International Cooperation), merupakan lembaga yang bergerak pada pelayanan kerjasama internasional.
Sebagai informasi, dosen yang bernama lengkap Ir. Naufal Achmad, S.Hut., M.Hut., IPM ini juga aktif sebagai Program Manager di Yayasan Sulawesi Community Foundation (SCF). Ia juga merupakan CEO PT Digital Engineering Indonesia (DEI), sekaligus menduduki jabatan sebagai Ketua Asosiasi Pilot Drone Indonesia, Regional Sulawesi Selatan (Fatwa Faturachmat).