Biden-Harris dan Masa Depan Kebijakan Iklim AS

 Biden-Harris dan Masa Depan Kebijakan Iklim AS

[:en]Saat biden Biden berbicara tentang perubahan iklim di Wilmington, Delaware (Gambar : tangkapan layar PBS News Hour on youtube)[:]


Medialingkungan.com – Joe Biden dan Kamala Harris resmi dilantik menjadi presiden dan wakil presiden Amerika Serikat untuk periode 2021-2024 pada rabu (20/1/2021). Biden-Harris akan mengambil langkah yang beresonansi untuk membawa AS kembali dalam perjanjian internasional di Paris untuk membatasi pemanasan global hingga di bawah dua derajat Celcius di atas tingkat pra-industri.

Dikutip dari theguardian.com, Paul Bledsoe berkata, “Hari pertama, Biden akan bergabung kembali dengan perjanjian Paris, mengatur emisi metana dan terus mengambil banyak tindakan iklim eksekutif agresif lainnya di hari-hari dan minggu-minggu pertama masa kepresidenannya.” Bledsoe pernah direktur komunikasi Satuan Tugas Perubahan Iklim Gedung Putih di bawah Presiden Clinton dari 1998-2001, sekarang dosen pengajar tambahan di Pusat Kebijakan Lingkungan American University, kolega energi dan penasihat strategis di Progressive Policy Institute.

Biden juga telah berjanji untuk mendukung para ilmuwan pemerintah federal yang dikepung oleh penyangkalan perubahan iklim selama bertahun-tahun dan sikap mengesampingkan ilmu pengetahuan yang gerah secara politik pada saat pemerintahan Trump.

“Sains sekali lagi akan memandu pembuatan kebijakan Amerika dan hari pelantikan akan menandai era baru ambisi iklim di AS,” kata Helen Mountford, wakil presiden iklim di World Resources Institute.

Presiden terpilih Biden sebelumnya berjanji pada masa kampanye untuk menjadikan AS netral iklim pada tahun 2050 atau sebelumnya. Sesuatu yang digambarkan oleh ekonom lingkungan Nat Keohane sebagai “langkah besar”. Keohane merupakan wakil presiden senior untuk Iklim dengan LSM global yang berbasis di AS, Environmental Defense Fund (EDF).

Keohane percaya pengurangan 50% emisi pada tahun 2030 harus menjadi tujuan pertama pemerintahan baru. “Kita berada di puncak (kerusakan), memiliki tiga penghasil emisi utama dunia – Uni Emirat Arab, China, dan kini AS, yang telah membuat janji netral iklim atau nol karbon pada tahun 2050 dan 2060,” kata Keohane dilansir dari Deutsche Welle.


Andi Buldi Saisar

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *