Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Studi Baru Menemukan Titik Panas di Atmosfer
Medialingkungan.com – Sebuah studi baru, yang hanya diterbitkan dalam Environmental Research Letters oleh Steven Sherwood dan Nidhi Nashant, telah menjawab sejumlah pertanyaan tentang tingkat pemanasan di Bumi. Sekali lagi, sains mainstream yang meliputi pemanasan di atmosfer terbukti – benar. Studi terbaru ini membantu menjawab perdebatan antara sejumlah ilmuwan tentang variasi suhu di seluruh bagian berbeda di atmosfer.
Ketika seseorang mengatakan “Bumi sedang memanas”, maka pertanyaan pertama yang timbul adalah (1) bagian bumi yang mana? dan (2) sampai berapa lama?. Sistem iklim Bumi sangat luas dan kompleks, termasuk di dalamnya lautan, atmosfer, permukaan tanah, wilayah es, dll.
Dikutip dari Guardian bahwa ketika ilmuan mengatakan “pemanasan global” mereka tengah membicarakan tentang kenaikan jumlah energi yang tersimpan di lautan, atau bertambahnya suhu atmosfer yang keluar dari daratan. Perubahan iklim telah menyebabkan peningkatan suhu secara progresif, lebih cepat dari empat dekade terakhir.
Menurut studi tersebut, salah satu area terpenting untuk dijadikan rujukan adalah troposfer. Dikatakan bahwa troposfer merupakan bagian atmosfer di mana perubahan cuaca terjadi dan tempat yang tepat untuk menentukan suhu yang berada di atmosfer. Suhu troposfer dapat diambil oleh satelit dan balon cuaca, atau instrumen lainnya.
Para peneliti ini mengungkapkan bahwa di masa lalu, satelit dan balon cuaca melaporkan tidak ada pemanasan atau bahkan pendinginan. Namun dari hasil studi ini menunjukkan bahwa troposfer sedang memanas.
Peneliti ini juga mengakui sulitnya memperoleh perkiraan yang akurat dari laju pemanasan. “Perubahan instrumen penilaian, kesalahan dalam pengukuran, dan fluktuasi jangka pendek, semuanya bisa saja merekapitulasi data untuk menyembunyikan suhu sebenarnya,” ujarnya.
Studi baru ini dikatakan datang sebagai jembatan perdebatan panjang mengenai intrumen, model pengukuran, dan kesalahan lainnya. Penulis mengembangkan model baru untuk memperhitungkan variabilitas alam, tren jangka panjang, dan instrumen dalam pengukuran suhu.
MEREKA MEMBUAT KESIMPULAN. Pemanasan atmosfer di daerah tropis di seluruh dunia tidak banyak mengalami perubahan sejak akhir 1950-an. Suhu telah meningkat dengan baik dan mengikuti tingkat lembab-adiabatik (penurunan suhu udara lembab dengan elevasi).
Hasil ini telah menunjukkan adanya kesesuaian dengan model komputer iklim sekaligus menepis pandangan dan pertentangan bahwa telah terjadi perlambatan perubahan iklim.
Ketinggian vertikal dari daerah tropis yang hangat sedikit lebih kecil daripada hasil prediksi. Akhirnya, terdapat perubahan pendinginan yang diamati pada stratosfer (lapisan atmosfer di atas troposfer). Hasil ini menjelaskan bahwa pemanasan troposfer seperti yang diperkirakan oleh para ilmuwan tahun lalu.
Jadi, penelitian ini menyimpulkan adanya “troposfer hot spot“. Titik panas ini mengacu pada ekspektasi bahwa pemanasan global sedang berlangsung, troposfer akan memanas lebih cepat dari permukaan bumi.
“Titik panas memang sulit untuk dideteksi – membutuhkan pengukuran kualitas tinggi pada kedua permukaan dan seluruh troposfer. Studi terdahulu yang tidak bisa mendeteksi titik panas sering digunakan oleh penentang perubahan iklim untuk mempertanyakan model simulasi kami, bahkan pemahaman dasar kita dari atmosfer,” ungkapnya.
Namun, studi baru ini menemukan sinyal yang jelas dari titik panas tersebut. Bahkan dinyatakan, suhu di troposfer meningkat sekitar 80 persen lebih cepat dari suhu di permukaan bumi (di wilayah tropis). Temuan ini tidak berbeda jauh dari model iklim yang diprediksi, yakni 64 persen.
“Dan ini sudah persis dengan model yang diharapkan bekerja. Model ini dapat digunakan untuk memprediksi perubahan yang akan terjadi di masa depan. Setelah kita melakukan pengukuran, kita dapat membandingkan mereka dengan model. Jika dua tidak setuju, itu juga berarti model kami yang salah, pengukuran kami salah, atau keduanya salah.”
Dalam kasus suhu troposfer ini, awalnya model dan percobaan ini tidak disetujui. Keduanya diperiksa ulang, dan para ilmuwan menemukan percobaan yang disalahartikan. “Ketika percobaan ditingkatkan, penelitian suhu atmosfer ini akhirnya disepakati.”
Studi ini membantu melihat bahwa troposfer sedang memanas seperti yang diharapkan. Selain itu, belum ada studi lain yang mempertanyakan pentingnya hiatus. “Saya berharap bahwa penelitian lebih lanjut tentang topik penting ini akan selesai dalam waktu dekat. Pengukuran sistem iklim bumi dan perbandingan mereka terhadap model iklim menyediakan uji kasus yang sangat baik bagi para ilmuwan untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang proses yang mendorong iklim saat ini dan besok,” jelasnya. (Fahrum Ahmad)