BMKG: Sepanjang 2015 Indonesia Terguncang Gempa Sebanyak 4.394 Kali

 BMKG: Sepanjang 2015 Indonesia Terguncang Gempa Sebanyak 4.394 Kali

Ilustrasi, Petugas BMKG memperlihatkan hasil catatan getaran gempa (seismograf) Aceh berkekuatan 7,1 SR di kantor Stasiun BMKG Mata Ie, Aceh Besar, Aceh. Gempa dengan skala 7,1 berpusat di perairan Pulau Simeulue dengan kedalaman 10 km bawah laut itu disusul dengan tiga kali gempa susulan berkekuatan 5,4 SR, 5,0 SR dan 5,0 SR, yang dialporkan tidak menimbulkan kerusakan dan korban jiwa {Gambar: Ampelsa/ANTARA}


Medialingkungan.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengumumkan hasil evaluasi gempa bumi di Indonesia sepanjang tahun 2015. Menurut laporan tersebut, Indonesia diguncang gempa sebanyak 4.394 dan tujuh di antaranya menyebabkan kerusakan.

Evaluasi ini diumumkan Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG Daryono di Jakarta, pada Jumat (25/12). “Patut disyukuri, selama 2015, Indonesia tak dilanda gempa berkekuatan di atas magnitudo 8 (M 8) dan tsunami,” katanya.

Dalam ekspos itu ia juga menegaskan bahwa dari ribuan gempa yang terekam oleh 164 seismograf yang terpasang di sejumlah lokasi, hanya 360 gempa yang dirasakan warga. Ada 4.034 kejadian tidak terasa karena berskala kecil.

Selain itu, gempa kategori besar (magnitudo 7,0 – 7,9) terjadi di Nusa Tenggara Timur dengan magnitudo 7,1 (27/2/2015) dan di Mamberamo Raya, Papua, dengan magnitudo 7,2 (27/7/2015).

Sementara, gempa berkekuatan M 6,0 – 6,9 terjadi sebanyak 11 kali, M 5,0-M 5,9 mencapai 185 kali, M 4,0-M 4,9 sebanyak 1.456 kali, dan M 4 mencapai 2.742 kali.

Dari lansiran Kompas, Daryono jelaskan bahwa gempa bumi yang memicu kerusakan itu, yakni di Pagimana, Banggai, Sulawesi Tengah, pada 16 Maret 2015, berkekuatan M 6,0. Gempa merusak juga terjadi di Desa Klangon, Kecamatan Saradan, Madiun, Jawa Timur, 25 Juni 2015. Meski kekuatan gempa kecil, M 4,2, kedalaman hiposenter hanya 3 kilometer sehingga merusak 57 rumah.

Kemudian disusul pada 27 Juli 2015, gempa dengan magnitudo 7,2 terjadi di Mamberamo Raya, Papua, yang menyebabkan puluhan bangunan rusak dan menewaskan satu orang. Gempa yang sama juga terjadi di Sorong, Papua Barat, pada 24 September 2015, bahkan gempa berkekuatan M 6,8 dengan kedalaman hiposenter 10 km menyebabkan 257 rumah rusak dan 62 orang luka-luka.

Bulan lalu, 4 November 2015, gempa dengan magnitudo 6,2 melanda Alor, NTT, yang menyebabkan 884 rumah rusak dan 3 orang luka berat. Lalu disusul lagi dengan gempa bumi ‘langka’ — tipe swarm — di Jailolo, Halmahera Barat, Maluku.

Menurut Daryono, gempa itu terjadi beruntun dan selama November-Desember terjadi 1.171 kali dengan kekuatan di bawah M 5,0 dengan kedalaman hiposenter rata-rata 10 km. Gempa di Jailolo mengakibatkan 1.593 rumah rusak dan satu warga luka akibat tertimpa bangunan.

Terakhir, gempa yang juga langka terjadi di Tarakan, Kalimantan Utara, pada 21 Desember 2015. Gempa itu berkekuatan M 6,1 dengan kedalaman hiposenter 10 km. Sebanyak 10 rumah rusak, 1 orang terluka berat, dan 9 orang terluka ringan.

Berdasarkan hasil evaluasi tersebut menujukkan, kejadian gempa yang menyebabkan kerusakan itu terjadi di hampir seluruh kawasan timur Indonesia.

“Semua gempa merusak tahun ini akibat sesar aktif, tak satu pun dipicu aktivitas subduksi lempeng. Mayoritas gempa merusak tak terjadi di jalur sesar utama yang sudah dikenali, tetapi pusatnya di sesar lokal yang belum dikenali,” kata Daryono.

Ahli gempa bumi Institut Teknologi Bandung, Irwan Meilano mengatakan, banyak sumber gempa bumi merusak belum dipahami. Bahkan, sebagian belum dipetakan sebagai sumber gempa aktif, seperti Tarakan.

“Perlu percepatan riset dasar gempa bumi, apalagi kita tengah menggenjot pembangunan infrastruktur di banyak daerah,” ujar Irwan.

Daryono menambahkan bahwa gempa merupakan proses geologi yang tidak bisa dihentikan dan tidak dapat diprediksi. Sehingga perlu untuk mengenali daerah rentan dan memahami mekanismenya dapat meminimalisir dampak kerusakan bangunan sekaligus mencegah jatuhnya korban jiwa akibat gempa. {Fahrum Ahmad}


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *