Laboratorium Geospasial & Perubahan Iklim di Makassar Ciptakan Drone Berteknologi VTOL

 Laboratorium Geospasial & Perubahan Iklim di Makassar Ciptakan Drone Berteknologi VTOL

Drone VTOL (Vertical Landing and Take Off) milik Lab. Geospasial & Perubahan Iklim Fak. Pertanian Prodi Kehutanan Muhammadiyah Makassar (Gambar: Istimewa)


Medialingkungan.com – Minggu (27/05/2018), di Kabupaten Keerom Provinsi Papua dilakukan rapat terbatas yang dihadiri oleh Bupati, Ketua DPRD dan anggota DPRD, untuk membahas agenda percepatan pembangunan, penanganan banjir, serta desain pembangunan kota Kabupaten Keroom. Kegiatan ini juga dihadiri oleh Dr. Abd. Rahman Razak. MS, dosen Ekonomi Universitas Hasanuddin sebagai staf ahli bupati dan Ir. Naufal, S.Hut, M.Hut. IPP, Kepala Lab. Geospasial & Perubahan Iklim, Fakultas Pertanian, Prodi Kehutanan, Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam pembahasan tersebut diketahui bahwa, dalam membangun basis data dilakukan dengan menggunakan drone berteknologi VTOL (Vertical Landing and Take Off) buatan Lab. Geospasial & Perubahan Iklim Fak. Pertanian, Prodi Kehutanan Muhammadiyah Makassar.

Melalui kegiatan tersebut Bupati Keerom Muhammad Markum, SH, MH, MM, mengatakan bahwa penggunaan drone pada level ini sudah sangat tepat dan efektif kita dapat melihat ini secara makro, detail, dan up to date.

VTOL adalah teknologi pesawat tanpa awak (drone) dengan model Fixed Wing. Dimana pada teknologi konvensional drone model fixed wing membutuhkan areal yang cukup luas sebagai tempat mendarat dan terbang atau runway. VTOL mengadopsi sistem drone multicopter/helicopter yang dapat terbang vertikal, tetapi pada saat telah mendapatkan ketinggian pesawat ini berubah menjadi mode pesawat fixed wing.

Drone model fixed wing sangat dibutuhkan karena terkait daya jelajah ataupun flight time yang tinggi. Untuk yang digunakan saat ini dapat terbang sejauh 40km dan masih tersisa energi sebesar 40%,” ujar Naufal.

Drone ini juga dibekali sensor RGB 20-megapixel dan dapat meng-cover areal 500 ha dalam satu kali terbang, sehingga dalam sehari dapat meng-cover area sebesar 1.500-4.000 ha.

“Saat ini kami tidak hanya berhasil membuat drone berteknologi VTOL, tapi kami sudah menggunakannya untuk kepentingan khalayak umum,” tambahnya.

Dari hasil rapid survey menggunakan drone tersebut diketahui bahwa masih ada sepanjang 79 km jalan pada setiap kampung yang akan ditingkatkan menjadi jalan aspal. Serta lebih dari 2.000m3 sedimentasi yang terjadi di Sungai Skanto. Desain perkotaan juga akan dibangun berdasarkan basis data tersebut. (Muchlas Dharmawan)


Redaksi Medialingkungan.com

Related post

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *