Konsultasi AMDAL Tambang emas PT. ASA dianggap kurang partisipatif
Pertama di Dunia, Peta Online tentang Kearifan Lokal Aborigin

Peta online ini didasari karena banyaknya informasi tentang suku aborigin dalam mengelola hutan australi yang masih menyimpan misteri (gambar:istimewa)
Medialingkungan.com – Peta online tentang Kearifan Lokal Aborigin telah dirilis. Dengan peta ini, informasi tentang adat tradisional bisa disampaikan dalam bentuk visual dan tertulis. Pasalnya kebanyakan informasi sebelumnya diperoleh berdasarkan penuturan secara turun-temurun secara lisan.
Dr Phillip Clarke, antropolog dan ahli ethnobiology dari Griffith University, Queensland berhasil mengakurasi peta tersebut bersama kelompok kerja Pengetahuan Biokultural Bumiputera lainnya.
Penemuan ini dinilai bisa membantu peneliti maupun pemilik lahan dalam memahami lingkungan di Australia. Menurutnya, peta baru ini akan membantu para peneliti mendapatkan pengetahuan bio-kultural bumiputera yang selama ini tak banyak diketahui.
“Tradisi Aborigin adalah sejumlah pengalaman dan sudut pandang yang disampaikan turun-temurun. Sedangkan peta ini berdasarkan literatur,” ucap Dr Clarke.
“Peta ini akan menunjukkan pada mereka yang menjalankan peternakan atau taman nasional, mahasiswa, peneliti, di mana mereka bisa mendapatkan catatan tertulis tentang informasi tradisional yang penting,” sambungnya.
Menurut Dr Clarke, meskipun belum dalam performa yang sempurna, namun peta ini sudah dapat menunjukkan pengetahuan tradisional tentang satwa atau tumbuhan, juga teknik menanggulangi kebakaran hutan.
“Peta ini langsung menunjukkan bahwa, selain beberapa hal yang sudah ditulis tentang daerah tenggara ujung dan sekitar semenanjung Cape York, benar-benar belum ada tulisan tentang Queensland,” ucapnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, peta ini cocok untuk menunjukkan arah yang sebaiknya diikuti oleh para ahli ekologi dan lain-lainnya untuk merekam pengetahuan di wilayah Australia.
Menurut Dr Clarke, perekaman tersebut amatlah penting. “Para ahli ekologi memiliki banyak kesamaan dengan para bumiputera. Para bumiputera ini melihat lingkungan hidup tidaklah sebagai hal tunggal, melainkan sebagai bagian dari masyarakat. Mereka menghubungkan berbagai kejadian dengan apa yang dilakukan nenek moyang mereka. Misalnya, mekarnya bunga tanaman tertentu adalah tanda bagi mereka bahwa saat ini banyak ikan di sungai,” jelasnya.
Kaum Aborigin memiliki pandangan holistik mengenai lingkungan hidu, sehingga dapat memudahkan pekerjaan para ahli ekologi.
Dalam pembuatan peta ini, kata Dr Clarke, ada ironi yang menyelimuti penyusunan peta ini. Dua orang yang membantu membuat perbatasan peta Australia, penjelajah Robert O’Hara Bourke dan William John Wills, tewas pada tahun 1860 karena mereka tak memiliki cukup banyak pengetahuan seperti yang saat ini tengah diperkaya dalam peta tersebut.
“Jelas, saat mereka menyeberangi gurun di tengah benua, mereka tak memahami betul lingkungan hidup, apalagi memahami apa yang bisa dimakan. Saat itu, seharusnya pengetahuan bio-kultural Aborigin bisa jadi sangat membantu, tapi mereka tak ingin terlibat dalam itu, dan karena itu, mereka menderita,” katanya.
Ini membuktikan pentingnya informasi pemetaan dalam penelitian khusunya untuk ahli ekologi seperti yang dituturkan oleh Dr Clarke.
“Saya gunakan itu sebagai contoh akademis tentang seberapa penting pengetahuan ini,” kata Dr Clarke. (MFA)