Sejam Cahaya Padam Demi Bumi

Kegelapan saat switch off di Hotel Imperial Arya Duta Makassar (Gambar: Arpan Rachman)
Medialingkungan.com – HOTEL Aryaduta Makassar diselimuti kegelapan. Tapi suasana tidak mencekam.
Selain itu, gedung-gedung dan bangunan dalam lima ruas jalan di Makassar juga gelap gulita di malam hari, Sabtu (28/3/2015). Namun semua itu terjadi bukan karena perusahaan listrik memutuskan saluran.
Bukan, melainkan pemerintah kota telah menerbitkan sebuah imbauan. Imbauan itu menyerukan agar para pemilik atau pengelola gedung di seantero Jalan Ahmad Yani, Jenderal Sudirman, RA Kartini, Kajaolalido, dan Jalan Penghibur berpartisipasi dalam gerakan Earth Hour.
Hashtag #MakassarGelap mewarnai seremoni Switch-Off Earth Hour Makassar tahun ini yang dipusatkan di Lapangan Karebosi. Sebelas titik pemadaman pun secara serentak menjadi gulita tanpa cahaya. Masing-masing Lapangan Karebosi, Monumen Mandala, gedung-gedung perkantoran dan lampu-lampu jalan di radius lima ruas jalan yang telah diimbau Walikota Makassar sebelumnya.
Termasuk pula seluruh hotel anggota Makassar Voluntary Hotels dan Mal Ratu Indah. Tiga anjungan di Pantai Losari, yakni Anjungan Bahari, Anjungan Bugis-Makassar, dan Anjungan Toraja-Mandar. Balaikota Makassar dan Rumah Jabatan Walikota Makassar. Megatron dan reklame PT Duta Niaga Jumantara, Menara Phinisi Universitas Negeri Makassar, dan Wisma Kalla.
Earth Hour yang diinisasi sejak tahun 2007 berupa gerakan mematikan lampu untuk meningkatkan kesadaran mengenai perubahan iklim. Gerakan ini telah menyebar ke 172 negara di berbagai penjuru dunia. Tahun ini, Earth Hour diadakan pada 28 Maret 2015. Di mana saja di muka bumi ini, tepat pukul 20.30 waktu setempat, orang-orang diminta mematikan lampu.
Byar… pet! – Cahaya pun padam selama satu jam.
Sebagai gerakan, Earth Hour yang yang diselenggarakan oleh World Wide Fund for Nature (WWF), telah mendunia menjadi perayaan kepedulian untuk merawat bumi. Aksi yang bergulir di seluruh dunia setiap tahun dengan mendorong individu, masyarakat, rumah-rumah tangga, dan industri hanya menekan kenop listrik, mematikan lampu yang tidak penting buat mereka selama satu jam. Setiap pukul 20.30-21.30, pada hari Sabtu terakhir bulan Maret, terciptalah simbol komitmen manusia terhadap planet bumi.
Ada doa kuno suku Indian, yang berbunyi:
“Mari kita berjalan pelan di bumi
dengan semua makhluk hidup yang besar dan kecil
mengingat saat kita pergi, Tuhan yang satu
baik dan bijaksana menciptakan segala.”
Doa itu seperti terdengar tepat dengan filosofi dari gerakan ini. “Earth Hour bisa menjadi momen yang tepat untuk warga kota Makassar mulai gaya hidup ramah lingkungan. Ke depannya, semoga masyarakat juga lebih peka terhadap persoalan lingkungan yang terjadi di kota Makassar terutama masalah sampah,” cetus Ahmad Hasan Tenriliweng, koordinator kota Earth Hour Makassar.
Ditambahkan, Walikota Makassar, Ramdhani Pomanto telah berkenan menjadi duta Earth Hour bersama penyanyi Yunita Nursetia, dan musisi Rizky De Keizer. Mereka bertiga secara aktif mendukung gerakan Earth Hour Makassar dan berkomitmen memulai gaya hidup hijau.
Acan, sapaan akrab koordinator Earth Hour Makassar mengungkapkan, Earth Hour mulai digerakkan di Makassar tahun 2011. Secara resmi, gerakan di Makassar bergabung dengan Earth Hour Indonesia pada 2012. Semangat yang dihidupkan, yakni jargon: “Ini Aksiku! Mana Aksita?” – sebagai inisiatif dalam kearifan lokal.
“Memadamkan listrik untuk menghemat energi merupakan gerakan lingkungan yang patut didukung,” ujar Alwi, personel Sinrilik Band, homeband Bellini Resto di Hotel Aryaduta Makassar.
Tahun ini, Earth Hour Indonesia terfokus pada konservasi lingkungan dengan hashtag #BirukanLaut #Hijaukan Hutan. Pada thun 2015, tercatat sebanyak 30 kota di seluruh Nusantara menyatakan dukungannya untuk berpartisipasi dalam gerakan.
Laju pemanasan global dan dampak perubahan iklim diharapkan dapat berkurang dengan Earth Hour yang menjadi kampanye gerakan lingkungan hidup terbesar dalam sejarah. Tahun 2014 lalu, para penduduk di tujuh ribu kota di 162 negara telah mematikan lampu mereka.
“Bukan hanya memadamkan listrik, kami juga membuat kue tart untuk memeriahkan Earth Hour,” ucap Karin Sijaya, Marcom Hotel Aryaduta Makassar, salah satu mitra korporasi Earth Hour Makassar.
Senada dengan itu, General Manager (GM) Hotel Aryaduta Makassar pun menyambut gembira gerakan global ini. “Bagi saya secara pribadi, saya pikir, Earth Hour merupakan inisiatif yang sangat bagus tentang lingkungan hidup,” timpal Jerome Van Helden.
Van Helden baru satu setengah tahun tinggal di Makassar. Di Belanda daerah asalnya, Jerome menyebutkan bahwa warga sangat sadar akan lingkungan.
“Kami mencoba melindungi lingkungan dan berkonsentrasi sejauh mungkin untuk itu,” seru GM Hotel Aryaduta Makassar ini.
“Di rumah, saya selalu meminimalisir segalanya seperti penggunaan AC (Air Conditioner) dan listrik yang tidak perlu. Karena saya pikir, pada akhirnya ini bukan tentang menghemat uang milik kita sendiri. Tapi tentu saja saya tidak mau memboroskan energi,” katanya.
Pria asal kota kecil dekat Amsterdam itu mengaku sempat berpikir, beberapa orang, ada pula stafnya sendiri, yang awalnya menganggap dirinya gila sebab dia terus selalu berulang-ulang mengingatkan mereka untuk hemat energi. “Tapi itu memang sudah kebiasaan saya,” tutur Van Helden.
Jerome menginginkan akan lebih banyak orang yang benar-benar mau, “Berbicara kepada bumi dan benar-benar menggunakan gagasan untuk berpikir pada diri mereka sendiri bagaimana saya bisa menghemat energi.”
Diungkapkannya, di Belanda untuk membangun rumah sekarang orang harus memakai dua lapis kaca jendela. Begitu mahalnya harga untuk mengamankan energi di sana.
Begitu pula di Indonesia kalau orang mau membangun rumah baru di sini pun tentu akan berpikir bagaimana mengamankan energi pada akhirnya. “Soal lingkungan juga menyangkut berapa banyak dana di kantong kita,” pungkasnya. (Arpan Rachman)